"Dua puluh tahun lebih sejak peristiwa geger Banyubiru karna raibnya kyai Nagasasra dan Kyai Sabukinten aku menjalankan nadarku untuk menepi dari hiruk pikuknya dunia, tiba-tiba saja ada sesuatu yang bergejolak dalam batinku yang memaksa aku mengunjungi kaliyan disini, ternyata sesuatu yang teramat penting akan terjadi disini" --berkata  Mahesa Jenar.

"Aku telah berusaha mencari paman untuk hadir dalam penobatanku menggantikan kedudukan ayah, akan tetapi aku tidak pernah menemukan dimana paman berada" -- desis Arya Salaka.

Mahesa Jenar kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum, -- "Sudahlah Arya, ternyata justru Yang Maha Agung telah menuntunku sehingga aku sampai ke Banyubiru ini tanpa sebab yang tidak aku ketahui. Terlebih ancaman dari para penerus golongan hitam yang akan membuat keonaran tepat pada hari penobatanmu sebagai pimpinan Banyubiru menggantikan ayahmu" -- sahut Mahesa Jenar

"Ya, orang-orang golongan hitam yang rata-rata mempunyai ilmu yang sangat tinggi melebihi para pendahulunya" - desis Arya Salaka.kemudian

"Aku sudah tau Arya, dan tentu aku tidak akan tinggal diam meskipun tubuh paman yang hampir renta ini harus berloncat-loncatan kembali, karna sesungguhnya mereka mencari aku" -- lanjut Mahesa Jenar
"Namun.." -- kata Mahesa Jenar lagi, -- "aku sengaja menarikmu kesini untuk suatu hal yang penting sehubungan antara guru dan murid".

"Maksud paman?" -- bertanya Arya Salaka.

Sesaat kemudian Mahesa Jenar mengangguk-anggukkan kepalanya lalu berdiri. Lalu dimintanya Arya Salaka berdiri pula dan berjalan ke arah batu besar yang beberapa saat lalu menjadi sasaran lontaran ilmu Mahesa Jenar, -- "Arya, kau lihat batu ini?" - berkata Mahesa Jenar

"Ya paman, ini batu yang paman jadikan sasaran lontaran ilmu paman" -- desis Arya Salaka.

Mahesa Jenar lalu mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum kembali bicara, -- "apa yang kau lihat dengan batu itu arya?"

"Seperti tak terjadi apapun paman...batu itu masih utuh seperti semula" -- jawab Arya Salaka

"Sekarang kau sentuhlah batu itu" -- lanjut Mahesa Jenar.

Demikian Arya Salaka termangu-mangu melihat wujud batu besar itu sesungguhnya, setelah jemarinya menyentuh salah satu sisinya. Batu sebesar gajah itupun serta merta luruh bagai serbuk, kemudian berserakan di atas tanah

"Luar biasa..!!" desis Arya Salaka, -- "apa jadinya kalau lontaran ilmu itu mengenai tubuh manusia?" -- kata Arya Salaka kembali,

"Itulah inti kekuatan Aji Sasrabirawa.." - berkata Mahesa Jenar.

Arya Salaka lalu mengangguk-anggukkan kepalanya seraya berkata, -- "Tentu butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai tataran yang paman kuasai"

"Tentu saja Arya, tentu butuh waktu...dan kau telah melewati waktu itu" -- Lanjut Mahsa Jenar

"Maksud paman?"

"Ya, bukankah kau telah memiliki waktu itu?"

Arya Salaka kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu berkata, -- "Rasanya aku butuh waktu bertahun-tahun lagi untuk mencapainya paman"

"Kau salah Arya, kini apa yang kau kuasai tentang Aji Sasrabirawa itu boleh dikatakan telah lengkap, karnanya tinggal selangkah untuk mencapai tingkatan paling akhir" .. Kata Mahesa Jenar

"Akan tetapi tetap saja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapainya" -- desis Arya Salaka.

Mahesa Jenar kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu pandangan matanya seakan menatap jauh dilangit yang penuh bintang  itu. Seakan menerawang jauh pada masa-masa ketika dalam waktu semalam mampu mendapatkan kematangan ilmunya bantuan Ki Kebo Kanigara sehingga Mahesa Jenar mampu membuka simpul-simpul kekuatan inti dari ilmu perguruan Pengging tersebut. Lalu Mahesa Jenar tiba-tiba mengucap, -- "Arya.. marilah, ikutlah paman.."

Kemudian Mahesa Jenar berjalan menuju sebuah pintu gua yang tidak begitu besar disisi agak menjorok dari perbukitan itu, dikuti Arya Salaka yang berjalan tak jauh darinya. Terdapat beberapa cabang lorong gua yang tak begitu besar pula diantara dinding-dinding lorong utama yang mereka lalui. Dan pada lorong cabang ketiga mereka bebelok kekanan lalu melalui jala yang sedikit menurun sebelum terlihat ruang yang cukup luas didalam goa tersebut.

"Paman, dari mana paman mengetahui ruang dalam goa ini?" -- bertanya Arya Salaka

Dan Mahesa Jenar pun tersenyum sebelum menjawab -- "Ceritanya panjang Arya, yang terpenting bukan untuk bicara tentang gua ini tujuanku membawamu kemari"

Arya Salaka pun hanya diam sambil mengangguk anggukkan kepalanya. Sebelum Mahesa Jenar kembali terdengar berucap, -- "Arya, kau masih punya waktu dua hari menyempurnakan ilmu yang telah kau miliki itu, mudah mudahan Yang Maha Agung memberikan kemudahan untukmu hingga pada saat yang di rencanakan kau akan menjadi berbeda dari sekarang"

Kemudian Mahesa Jenar mulai memberikan petunjuk-petunjuk kepada Arya Salaka demi menyempurnakan Ilmu yang dimilikinya. Petunjuk-petunjuk yang dulu pernah diberikan oleh Ki Kebo Kanigoro kepada dirinya, meski dengan cara yang berbeda. Demikian mengikuti apa yang dikatakan Gurunya tersebut, Arya Salaka pun kemudian mengambil sikap dan berusaha mengendalikan nalar dan budinya untuk kembali mengingat dan mempelajari ilmu-ilmu yang dimilikinya dari tingkat yang paling rendah, kemudian setahap-demi setahap memahami sifat-sifat baik dalam bentuk kewadagan ataupun kejiwaan.

Lambat namun pasti Arya Salaka kemudian mampu mengkusukkan dirinya sehingga seakan-akan tidak ingat apa-apa lagi kecuali nalar dan budinya yang terfokus pada apa yang menjadi niatnya saat ini.

Dengan seksama Mahesa Jenar mengamati usaha yang dilakukan murid satu-satunya tersebut, sekali-sekali diangguk-anggukkannya kepalanya ketika terlihat tubuh Arya Salaka penuh dengan cucuran keringat meskipun hawa dalam goa itu cenderung dingin.

Rupa-rupanya meskipun Arya Salaka sedikitpun tidak menggerakkan badannya ternyata olah batinnya telah bekerja cukuo keras,. Bahkan lama-kelamaan asap tipis seakan muncul dari sekujur tubuhnya.
***

GEGER BANYUBIRU