Rabu, 11 Februari 2015

Puisi Dan Syair 1

Syair-Syait Mati

Kubah malam kian menutup langit

Sulamkan mimpi yang membumbung

Mengapung diantara bintang dan laut

Sesekali masih terdengar deburannya

Lemah bersenandung...

Selemah bisikan daun-daun

Dalam takjiah matinya syair-syair

Bagaimanakah kencang biduk mendayungkan makna?
Bila tongkat dayung telah patah sebelah

Sesekali masih kulihat kerling mata bintang
Tajam menembus jantung
Lalu hilang tertawan mendung berjelaga..

Ku tertegun pada sebuah dimensi hampa,
ketika satu persatu,
lembar perlembar...
kulihat aksara-aksara yang tertata,

masih adakah nyawa di antara tulisan-tulisannya?


Begitu berat tanganku bergerak,
hingga penaku makin terdiam,

Begitu berat batin merangkak,
menarik tabir menutup semuanya,
akankah aku mampu letakkan goresan tinta pada ksejukan nurani?

Ada sehelai asa putih yang merajuk jiwa
memaksa langkah batin menjauh kebenaran hati

Seperti keranda malam menbentang indahnya sepi


Gubahan kidung selaksa angin
Merajuk gemulai daun disetiap helai
Pada jiwa yang tak pernah mati

Aku masih menyimpan lembaran-lembaran lontar itu
Dari goresan-goresan pujangga pena emas
Tentang matahari
Tentang bulan
Tentang lelaki merenungi bintang
Dan tetap tersemat diantara pusara malam
diantara bait syair-syair mati
Yang tak pernah akan mati

BLS... Harris

****

Bayang

Hanya sepeminuman teh waktu kan berlalu
Detak jarum jam melata merangkum perjalanan
Kian sempit ruang dipenghujung tahun
Dalam jejak bayang yamg semakin jauh

Ada sua dan selamat tinggal
Ada temu dan perpisahan

Daun berguguran
Dahan bertunas
Cinta terpecah
Rindu bertautan

Satu bab buku akan ditutup
Membuka naskah baru matahari
Hangat dengan nafas sejuk
Meniup gundah membuncah
Menghapus bilur hati tercakar

Kepalsuan
Kebohongan
Kemunafikan
Akan terkubur satu malam
Dipenghujung tahun
Dan yg awal

oleh... BLS Harris

***

Hanya Serambut

Malam semakin larut
jemariku semakin sibuk diatas kertas
tinta pena tak akan kering
melukiskan ilusimu,
dan untaian aksara tak akan retas

malam semakin sepi memagut
namun cahaya kunang-kunang tak akan redup
dan simponi belalang yang hiruk pikuk
seakan mencibir hati yang semakin suntuk

Malam semakin surut
menepi difajar yang mulai merajut
ingin ku usaikan bayang dirimu yang tinggal serambut
tertuang lukisan dihati yang carut marut

Esok akan kulayangkan
ejaan bahasa malamku dalam aksara
yang hanya bisa kau baca dalam hati
bersemikah bunga dipucuk karang?
atau gugur dalam genggaman
entahlah.

oleh... BLS Harris
****

MENDUNG

Mestinya pagi ini secerah senyuman bayi
sehangat mentari taburkan cahaya jiwani
bunga-bunga mengungkap selaksa harum
kicauan burung mengiring pudarnya embun
kini meredup di pelataran senja....

Mendung.
hadirmu begitu awal
menindas panorama pagiku...
semestinya aku bersyukur
dibalik jelaga mega-mega mu
disana semesta bumi kan hidup
walau acap kau ingkar
pergi...
dan enggan mencurah

oleh Ki Rangga Sedayu
***

MASIHKAH JAUH

Masih basah sisa air hujan semalam
Berpadulah embun diatas daun
Diam tertunduk bersama sujudku padaMU
Allahu'akbaar..!!

Kupecah beku hidupku dalam takbirMU

Ya Alloh...
Belahlah langit jiwaku dalam cahayaMU
Hangatkan dari kebekuan yang mengikis jantung
Ditiap mendung hatiku bergelanyut
Penuh menutup satu putaran waktu

Jika pintu cahayaku masihlah jauh
Kuatkan kakiku menempuh
Pada kerasnya hari
Pun harus melintas malam di alam mimpi
Hingga mimpi menyongsong pagi hakiki.

By: Ki Rangga Sedayu
***

Sepenggal Malam

Sepenggal malam belumlah mampu redupkan mata
Janji mendung di siang hari,
Luruhkan hujan di gelap malam

Jendelaku belum tertutup rapat
Masih kunantikan hadirmu di bingkai kelam
Hadir di antara cahaya kilat-kilat
Seperti garis-garis rapat di langit
Di sana matamu mengerling

Sedang apakah kau disana?
Berbaik kabarkah?
Apa yang kau rasakan?

Rongga-rongga tanyaku mengganjal mata
Hanya rebah
Berteman derai suara hujan
Dan bayang sendumu merajalela dibingkai hati

Rinduku padamu sederas hujan itu
Bergemuruh di lamunan jiwa
Yang kini menghempas malam
Ketika kutuangkan kata hati

Biarkan malam ini basah
Biarkan malam ini dingin
Mengusap hati yang bersimbah gersang

oleh BLS
***

Terapung

Aku mengangkat kedua tanganku diantara kepala
pejam mata
titik putih melingkar
diantara gelap ujung dahi
putaran tubuhku terbangkan sejuta bunga
energi menyibak butiran-butiran debu
menghantam amarah.!!
membelah sejuta geram,.!!
mencakar hati pohon bertumbangan

Titik putih itu kian melebar
aku terapung dalam kilauan cahya perak
antara ada dan tiada

Bumi
Air
Angin
Tanah
energi mengungkap suksma
mengalunkan reda
bunga-bunga itu telah luruh
hancur dalam serpihan
meninggalkan keharuman
jiwaku masih terjaga

Badai Laut Selatan
***








Tidak ada komentar:

Posting Komentar